IPNU Trenggalek - Perbincangan seputar kasus penyadapan yang dilakukan Amerika dan Australia terhadap sejumlah tokoh pemimpin dunia yang dilontarkan Edward Joseph Snowden, pakar komputer dan mantan anggota CIA dan NSA, yang diikuti ketegangan sewaktu  para politisi dan pengamat politik mengecam keras pelanggaran etika dan aturan internasional itu yang diikuti langkah tegas pemerintah Indonesia terhadap Australia yang dianggap meremehkan kasus itu, hacker Indonesia dan hacker Australia sudah bertempur di dunia maya dengan saling rusak situs masing-masing Negara.

UKUSA & ECHELON di Balik Penyadapan Data Intelijen

Sufi Kenthir, Dullah, Johnson, dan Azumi  yang mengikuti jalannya pertempuran antar hacker itu berkali-kali melonjak gembira sambil bertepuk tangan, ketika mendapati statemen resmi pemerintah Australia terkait kerusakan dan gangguan situs-situs resmi milik Polisi Federal Australia, Reserve Bank Australia dan bahkan Departemen Pertahanan Australia. “Hacker Australia nggedabrus, pembual besar. Ngancam mau merusak situs-situs penting Indonesia, ternyata yang dirusak cuma situsnya Koperasi, Usaha Kecil Menengah, BPR, Salon, Perajin Tempe, Usaha Rumahan yang dikelola orang-orang Gaptek, hacker kita sudah buktikan kemampuan serang situs resmi negeri criminal itu,” seru Dullah bangga.

“Memangnya anak-anak kita sudah dikenal  hebat di kalangan hacker dunia?” gumam Sufi tua yang mendekat.

“Bukan saja hebat pakde, tapi ditakuti,” sahut Dullah.

“Oo apa iya?”

“Reputasinya sudah termasyhur, pakde.”

“Apa buktinya?”

“Kerajaan Malaysia pernah merasakan bagaimana sakitnya “dihajar” hacker Indonesia yang merusak sekitar 116 situs. Israel yang termasyhur kecanggihan teknologinya, sempat marah-marah dan mengancam-ngancam akan menghancurkan situs-situs Indonesia karena situs Israel dalam jumlah ratusan diretas hacker Indonesia, dan ancaman Israel tidak pernah terbukti,” ujar Dullah.

“Ooo begitu ya,” Sufi tua manggut-manggut,”Itu artinya, orang-orang tua seperti aku tidak perlu khawatir bahwa nasionalisme akan pupus dan hilang dari negeri ini.”

“Ya tidak perlu khawatir pakde, karena nasionalisme anak-anak negeri ini tumbuh secara alamiah seiring perubahan. Memang sampeyan sudah khawatir dengan nasionalisme bangsa kita?” tanya Dullah ingin tahu.

“Ya mengikuti polemik penyadapan terkait isu yang dilontarkan Edward Joseph Snowden, terus terang aku cemas. Karena semua yang berkomentar soal penyadapan, kelihatan sekali tidak memahami secara substantif dan esensial kasus semacam ini. Mulai pengamat sampai presiden menyatakan heran dengan tindakan Australia melakukan penyadapan terhadap Indonesia yang dianggap sebagai Negara sahabat. Semua orang kita seolah sepakat berkata – Kok tega-teganya Australia mengkhianati kita, menyadap pembicaraan pemimpin negeri kita yang sudah sangat percaya terhadap Australia,” kata Sufi tua dengan nada mengeluh.

“Bukankah itu pikiran khusnudz dzan yang dianjurkan agama, pakde?” sahut Johnson menyela.

“Khusnudz dzan gundulmu itu,” sergah Sufi tua.

“Menurut pakde, apa pemikiran orang kita terhadap Australia bukan tergolong khusnudz dzan namanya?” kata Johnson dengan nada Tanya.

“Bukan,” sahut Sufi tua berang,”Mereka berkomentar seperti itu karena buta terhadap realita sejarah yang pernah meluluh-lantakkan negeri dan bangsanya.”

“Meluluh-lantakkan negeri dan bangsa Indonesia?” sahut Azumi menyela,”Memangnya presiden Indonesia sebelum SBY pernah disadap, pakde?”

“Bukan hanya disadap, tapi juga diintervensi oleh oleh jaringan UKUSA dan ECHELON.”

“Sebentar pakde, sebentar,” Dullah terlonjak kaget dan langsung memburu,”Apa itu UKUSA dan ECHELON?”

“Sejarah mencatat pernah ada Perjanjian antara Britania Raya dengan  Amerika Serikat yang disebut UKUSA (United Kingdom-United States of America), yaitu perjanjian multilateral untuk kerjasama dalam sinyal intelijen antara Kerajaan Inggris dengan Amerika Serikat, di mana perjanjian ini pertama kali ditandatangani pada 5 Maret 1946 oleh Inggris dan Amerika Serikat dan kemudian diperluas mencakup tiga bekas  koloni   Inggris, yaitu Canada, Australia dan New Zealand. Menurut Joan Coxsedge dalam The Guardian, 12 December 2001, Perjanjian UKUSA ini merupakan tindak lanjut dari Perjanjian Brusa (British-USA) tahun 1941, yaitu perjanjian kerjasama selama Perang Dunia II  atas masalah-masalah intelijen. Dokumen UKUSA ini ditandatangani oleh Kolonel Patrick Marr-Johnson yang mewakili  Dewan Sinyal Intelijen Kerajaan Inggris dengan Letnan Jenderal Hoyt Vandenberg yang mewakili Dewan Komunikasi Intelijen Angkatan Darat dan Angkatan Laut Amerika Serikat,” kata Sufi tua menjelaskan.

“Kalau ECHELON, pakde, apa sama dengan UKUSA?”

“Tahun 1960 jaringan UKUSA diperluas  dalam koleksi Echelon dan Jaringan Analisis Sinyal Intelijen (SIGINT) yang dioperasikan atas nama lima negara penandatangan dalam Persetujuan Keamanan Inggris-AS (Australia, Canada, New Zealand, Inggris, dan Amerika Serikat), yang dikenal sebagai AUSCANZUKUS,” kata Sufi tua menjelaskan.

“Berarti aktivitas sadap-menyadap yang dilakukan Amerika dan Australia itu sejatinya terorganisasi dan tersistematisasi pakde,” sahut Dullah menyimpulkan.

“Ya pasti itu,” jawab Sufi tua menjelaskan,”Sebab berdasarkan Perjanjian UKUSA, Markas Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ) dan US National Security Agency (NSA) telah berbagi informasi  data intelijen Uni Soviet, Republik Rakyat China, dan beberapa negara Eropa Timur yang dikenal sebagai Exotics.  Setiap anggota aliansi UKUSA secara resmi diberikan tanggung jawab utama untuk pengumpulan informasi intelijen dan analisisnya di berbagai belahan dunia. Australia, misal, ditugasi melakukan perburuan untuk pengumpulan data komunikasi intelijen yang berasal di Indocina, Indonesia dan Cina selatan. Hal serupa, dijalankan pula dalam operasi Echelon.”

“Jancuk,” tukas Azumi  misuh-misuh, “Berarti selama ini Australia memang bertugas menyadap dan mengganggu jaringan informasi intelijen Negara kita.”

“Faktanya seperti itu.”

“Kalau UKUSA dibentuk  1946 dan bahkan sejak bernama Brusa tahun 1941, berarti operasinya sudah sangat lama pakde,” kata Dullah ingin penjelasan.

“Sejak pendudukan Jepang tahun 1943-1945, UKUSA sudah beroperasi di Indonesia karena itu tentara Australia secara sporadis tersebar di berbagai tempat untuk mengumpulkan data intelijen Jepang. Sewaktu Indonesia merdeka, UKUSA sudah mengobok-obok negeri kita dan ikut campur mulai soal perundingan Linggarjati, Renville, KMB sampai kasus pemberontakan PRRI/Permesta. Itu sebabnya, Bung Karno yang sudah tahu kejahatan UKUSA  itu sering berteriak mengecam,”Jangan takut menghadapi Nekolim. Inggris kita linggis, Amerika kita setrika” dan berulang-ulang mengecam Amerika dengan makian keras,”Go to hell with your aid!”, terutama saat Negara Uncle Sam itu sangat ikut campur urusan dalam negeri Indonesia,” kata Sufi tua menjelaskan.

“Berarti sangat mungkin jatuhnya Bung Karno ada hubungan dengan UKUSA dan Echelon, pakde?” tanya Dullah ingin tahu.

“Itu pasti,” jawab Sufi tua, “Karena usaha penggulingan Bung Karno dimulai dengan kemunculan Dokumen Gilchrit, yaitu nama Duta Besar Inggris dewasa itu.”

“Dokumen Gilchrist yang mengadu domba kekuatan pendukung Bung Karno, pakde?”

Sufi tua menganggukkan kepala.

“Termasuk The Dead List yang berisi nama-nama 5000 orang kader PKI bikinan CIA yang diserahkan kepada Soeharto?” tanya Dullah penasaran

Sufi tua mengangguk,”Semua berkaitan dengan dokumen intelijen UKUSA.”

“Tapi pakde, menurut saya, Bung Karno pantas disadap dan dikacaukan jaringan intelijennya karena jelas-jelas tidak bersahabat dengan Inggris dan Amerika, sebaliknya dekat dengan RRC dan Uni Soviet. Sedang rezim yang sekarang berkuasa ini kan sangat bersahabat dengan Amerika dan Australia, untuk apa disadap-sadap?” tanya Dullah penasaran.

“Asal kamu tahu, Dul,  dua orang anggota intelijen Australia, Schapelle Leigh Corby dan Achim Frans Grobmann, yang menjalankan tugas memasukkan pasokan narkoba ke Indonesia ketangkap tangan membawa narkoba dan dijebloskan ke penjara dengan hukuman 20 tahun. Australia berkepentingan untuk membebaskan anggota intelijennya itu. Nah, sewaktu Presiden Yudhoyono menghadiri KTT G-20 di London, pembicaraannya disadap oleh UKUSA Inggris. Hasil sadapan itu diserahkan Ingghris kepada Perdana Menteri Australia, Kevin Ruud,” kata Sufi tua mengutip harian Sydney Morning Herald.

“Hasilnya, muncul Keppres No.22/y/2012 tertanggal 15 Mei 2012, yang memberikan grasi pengampunan pengurangan  masa tahanan kepada dua terpidana narkotika, Schapelle Leigh Corby dan Achim Frans Grobmann,” kata Sufi tua berspekulasi.

“Selain itu,pakde?”

“Rencana Angkatan Laut membeli Kapal Selam ke Rusia yang teknologinya lebih canggih daripada kapal selam Australia, terbukti mengambang dan terkatung-katung.  Kemungkinan  karena Australia punya data sadapan pejabat-pejabat tinggi negeri ini,” jawab Sufi tua.

“Kita benar-benar dikentuti, dikencingi, diberaki, diludahi oleh Australia,” kata Dullah.

“Susahnya, kita tidak tahu bahwa Australia bagian dari jaringan UKUSA dan Echelon.”

“Jancuk..jancuk!” Azumi menampar keningnya keras-leras,”Betapa gobloknya kita selama ini selalu berprasangka baik kepada Australia dan bahkan merasa lebih rendah dari mereka. Padahal, Australia itu Negara koloni, vassal dan jajahan Inggris. Bagaimana pemimpin-pemimpin kita merasa sederajat dan bahkan merasa lebih rendah dari Negara koloni seperti Australia, bukankah kita bangsa yang merdeka dan berdaulat?”

“Mental inlander,” sahut Sufi tua,”Mental kacung, jongos, babu, kuli, budak. Itulah kendala yang  paling aku cemaskan dari kecenderungan elit pemimpin negeri ini.”

“Padahal, hacker kita membuktikan bahwa kualitas manusia Australia jauh lebih goblok dalam penguasaan teknologi informasi dibanding anak-anak kita,” sahut Sufi Kenthir ketawa terkekeh-kekeh.

“Ya jelas lebih goblok dari bangsa kita,” sahut Sufi tua menimpali,”Australia itu kan benua tempat pembuangan para pelaku tindak kriminal Inggris sampai abad ke-19. Jadi bangsa itu secara genealogis adalah keturunan perampok, maling, bajak laut, pencoleng, pembunuh, pemerkosa,  tukang copet, mata-mata asing, pengedar opium, budak, dan pengkhianat Negara.”

“Ooo begitu ya..?” tukas Johnson, Dullah dan Azumi bersamaan,”Pantas saja mereka sering melanggar norma dan etika, rupanya leluhur mereka itu bandit-bandit buangan dari Inggris..”

Penulis : Agus Sunyoto
Sumber : Pesantren Global
Sekolah Pemikiran Gus Dur

IPNU Trenggalek. Gus Dur tidak meninggalkan harta di dunia perbankan sebagaimana para penguasa di dunia. Hal itu memang bukan cita-cita Gus Dur, dan bukan menjadi bagian dari kerja-kerja sosialnya. Sebaliknya, Gus Dur meninggalkan keluarga, murid-murid, sahabat-sahabat, para pecintanya, dan yang terpenting adalah warisan pemikiran, gerakan, dan prinsip-prinsip hidupnya yang tersebar dalam berbagai tulisan, kebijakan, perubahan sosial, dan rekaman para kolega dan murid-muridnya. Dan sebagai upaya untuk melestarikan, menghidupkan dan melanjutkan pemikiran GUSDUR, perlu kiranya mengadakan Sekolah Pemikiran Gus Dur.

Sekolah Pemikiran Gus Dur merupakan upaya menjembatani gagasan GUSDUR yang kompleks dengan membuat peta pemikiran GUSDUR yang lebih general sebagai pembuka pintu ketertarikan orang terhadap pemikiran GUSDUR yang lebih spesifik.

Tujuan
  1. Memperkenalkan dan memperdalam pemikiran Gus Dur kepada generasi sekarang dan masa yang akan datang;
  2. Menjadi bagian dari kerja-kerja sosial untuk membangun soliditas di kalangan Gusdurian;
  3. Membangun para Gusdurian lebih militan dalam memperjuangkan prinsip-prinsip, pemikiran-pemikiran, dan cita-cita Gus Dur.
Materi
  1. Biografi, Filosofi Perjuangan dan Basis Pemikiran Gus Dur
  2. Gus Dur dan Gagasan Ke-Islam-an
  3. Gus Dur dan Gagasan Demokrasi, Negara, & Civil Society
  4. Gus Dur dan Gagasan Nasionalisme dan Globalisasi
  5. Gus Dur dan Gagasan Rekonsiliasi Sosial
  6. Kapita Selekta Pemikiran Gus Dur
Fasilitator
  1. Imam Aziz
  2. Hairus Salim
  3. Nur Khalik Ridwan
  4. Abdul Gaffar Karim
  5. Bosman Batubara
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
  1. Hari            : Sabtu dan Minggu
  2. Tanggal      : 30 November dan 1 Desember 2013
  3. Tempat       : Pendopo Hijau Yayasan LkiS
Alur Kegiatan
  1. Rekruitmen Peserta                          18 – 26 Nov
  2. Seleksi Peserta                                27 Nov
  3. Pengumuman Peserta Terpilih           28 Nov
  4. Teknikal Meeting Peserta                 29 Nov
  5. Sekolah Pemikiran Gus Dur               30 Nov & 1 Des
Syarat dan Ketentuan Peserta

Syarat
  1. Berusia 17 s/d 25 tahun
  2. Mengirimkan formulir pendaftaran selambat-lambatnya tanggal 26 November 2013 pukul 23.59 WIB.
  3. Download Formulir –> Formulir Peserta

*Formulir dikirim ke kelaspemikirangusdur@gmail.com paling lambat tanggal 26 November pukul 23.59 WIB.

Ketentuan Peserta
  1. Sekolah Pemikiran Gus Dur akan diikuti oleh maksimal 25 orang.
  2. Peserta Sekolah Pemikiran Gus Dur akan diseleksi dengan memperhatikan keberagaman agama, etnik dan gender.
Penyelenggara

Sekolah pemikiran Gus Dur ini diselenggarakan oleh Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian dan Yayasan LKiS.

Email                  : kelaspemikirangusdur@gmail.com
Website              : www.gusdurian.net dan www.lkis.or.id
Narahubung        : 082141232345 Tata
Teknologi Informasi

IPNU Trenggalek - Beberapa waktu terakhir, dunia dihebohkan dengan beredarnya dokumen dari Edward Snowden (mantan kontraktor National Security Agency - NSA), tentang aktivitas penyadapan AS dan Australia terhadap pemimpin dan pejabat manca negara termasuk Indonesia. Edward Snowden mengungkap, di wilayah Asia Tenggara, berbagai alat penyadapan AS diduga terpasang di Kedutaan Besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh dan Yangon.

Dalam konteks kedaulatan negara, tentunya sangat wajar jika seluruh kepala negara yang merasa dirugikan dengan praktek penyadapan itu kemudian bersikap tegas, memprotes, melakukan pengusiran duta besar dan melakukan tindakan yang memang seharusnya dilakukan. Sebab tindakan ini tidak hanya melanggar konvensi internasional, bahwa antarnegara dilarang melakukan pengintaian, mencari informasi secara ilegal, penyelidikan, penyadapan termasuk spionase, bahkan lebih jauh tindakan penyadapan ini adalah bagian dari “penjajahan”, tindakan yang tidak menghormati kemerdekaan dan kedaulatan bangsa lain.

Pemerintah Perancis, Jerman dan Brasil yang juga menjadi korban penyadapan telah bersikap keras, disamping telah memanggil Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) dari masing-masing perwakilan di negaranya, mereka juga sudah menelpon langsung Obama atas kekecewaannya karena AS selama ini melakukan hubungan yang tidak didasari dengan kepercayaan. Pemerintah China dan Malaysia pun sudah melayangkan protes keras, bahkan Jerman dan Brasil telah mengajukan secara resmi draf resolusi atas hak privasi untuk mencegah penyadapan ke PBB. Sikap yang layak untuk ditegaskan bukan? Lalu bagaimana dengan sikap Pemerintah Indonesia?

Di dalam negeri kita pun dihebohkan dan kecewa dengan beredarnya info dari Edward Snowden tersebut, tetapi kemudian kita dibuat “geregetan” dengan sikap pemerintah yang sangat tidak tegas, bahkan terkesan “lembek” bersikap terhadap praktek penyadapan itu. Mungkin rakyat di masing-masing negara yang terkena praktek penyadapan oleh AS dan Australia pun kecewa, tetapi rakyat Indonesia ternyata harus “kecewa kuadrat”, karena hal itu tidak diimbangi dengan sikap tegas pemerintahnya. Apa yang mendasari ketidaktegasan pemerintah kita? Apakah pemerintah kita tidak menyadari bahwa mereka adalah pemimpin dari negara yang merdeka dan berdaulat, dan memiliki hak untuk bersikap tegas ketika ada praktek dari Negara lain yang “merongrong” kedaulatan negeri ini? Lalu, seperti apa upaya pemerintah untuk meningkatkan teknologi pengamanan informasi agar tidak dapat d sadap di kemudian hari?

Dinamika di atas mendorong saya untuk sedikit memaparkan pengalaman empirik saya, betapa negeri ini memang belum berdaulat dalam hal teknologi informasi. Selain kasus penyadapan yang tidak terdeteksi oleh pengamanan dalam negeri seperti telah di singgung di atas, juga ada permasalahan lain yang memang tidak didukung dengan kebijakan secara maksimal, misalnya penguatan teknologi informasi (radar dan sinyal) di wilayah perbatasan negara. Mungkin hal ini terdengar biasa saja, tidak penting. Atau sudah menjadi isu lama tanpa tindaklanjut. Padahal, peningkatan teknologi ini menjadi sangat krusial dalam menjaga kedaulatan udara, laut dan daratan negeri ini.

Tahun lalu saya pernah singgah ke Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke lintas batas negara Indonesia-Malaysia melalui Entikong. Sangat miris, ketika mendekati gerbang batas, sinyal Simpati dan Indosat di HP saya SOS dan mendapat informasi bahwa saya telah terhubung dengan layanan provider di Malaysia (DiGi). Ada tiga SMS info dari DiGi yang saya terima terkait dengan hal itu. Pertama, “DiGi welcomes you to Malaysia, we wish you a pleasant stay! To make call, dial +<country code><areacode><phone no>”. Kedua, for more travel info, contact tourism Malaysia at 1300885050. To stay with DiGi for the hottest IDD&roam rates in town. Ketiga, “in the event of an emergency, please call the emergency number, 999”. Selain itu, juga ada dua SMS dari Indosat, pertama, “Anda di jaringan PROMO Digi Telecom. Pastikan SELALU di jaringan ini agar dpt menikmati roaming Data&BB Flat Unlimited Rp25rb/hari. Kedua, Anda di jaringan PROMO Digi Telecom. TELP/mnt ke Indonesia Rp15rb. Terima Telp Rp15rb, ke nomor local Rp 7500. Rp 7500/SMS, Data&BB Flat Unlimited Rp 25rb/hari.

Ketika itu saya tidak sadar, bahwa secara otomatis penggunaan jaringan di HP telah terhubung, karena lupa di setting secara manual. Setelah izin dengan petugas perbatasan saya masuk ke wilayah Malaysia, hanya untuk sekedar melihat-lihat, “pusing-pusing” istilah di sana. Karena saya menggunakan smart phone yang selalu terkoneksi dengan jaringan internet, hal ini tentunya merugikan sangat. Setelah menerima telepon dari seorang teman ketika di wilayah Malaysia hanya beberapa menit, pulsa saya habis seketika, padahal saat di Sanggau baru isi pulsa 100 ribu. Dan yang lebih menjengkelkan lagi adalah, sinyal Malaysia masih terhubung di HP saya ketika saya sudah kembali masuk di wilayah Indonesia, bahkan sampai melewati kantor Kecamatan Entikong yang cukup jauh dari gerbang batas. Sinyal radio Malaysia pun masih terdengar jernih di radio mobil sampai jarak yang lebih jauh lagi. Huft!!! (gaya ekspresi tulisan ABG jaman sekarang. Heheee)

Dalam perjalanan yang lain, ketika saya menyebrang dari Pelabuhan Sekupang, Batam menuju Tanjung Balai Karimun, Kepri, ditengah jalan pun saya mendapati informasi tentang jaringan provider yang terhubung. Ada dua sms pemberitahuan yang saya terima, pertama, “Anda di jaringan Starhub. Pastikan SELALU berada di jaringan ini agar dpt menikmati Data&BB unlimited RP.25rb/hari”. Kedua, “Anda di jaringan PROMO Starhub. TELP/mnt ke Indonesia Rp 15rb, Terima tlp Rp 15rb, ke nomor lokal Rp7500, Rp7500/SMS, Data dan BB flat unlimited Rp 25rb/Kb”.

Hal yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa ketika melintas menuju Tanjung Balai, dapat dipastikan bahwa kapal penyebrang melintas di wilayah laut Indonesia. Karena jalur penyebrangan antara Batam dan Karimun, tidak terputus dengan wilayah Negara lain. Masih ada pulau tebing, pulau terluar dari Kabupaten Karimun yang langsung menjorok ke perbatasan dengan Singapura. Artinya, dengan konsep archipelago state yang merujuk pada Deklarasi Djuanda tentang wilayah kedaulatan negara kepulauan, batas laut Indonesia masih jauh di luar jalur lintas antara Batam menuju Karimun. Tetapi faktanya, teknologi provider yang terhubung di Hp adalah milik Negara tetangga.

Dari dua kondisi di atas terkait dengan kekuatan sinyal provider di Indonesia, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada yang salah dalam pengelolaan teknologi informasi di perbatasan. Jika dengan provider sendiri di ibukota saja dapat dilakukan upaya penyadapan oleh asing (AS dan Australia), bukan tidak mungkin hal itupun dapat dilakukan oleh provider Negara asing.

Dinamika penyadapan oleh asing dan lemahnya teknologi informasi kita di perbatasan mungkin tidak terkait secara langsung, tetapi jika kemudian hal ini dikait-kaitkan dengan dinamika persinggungan dengan negara tetangga (asing) terkait dengan konflik perbatasan, teknologi informasi mutlak harus dimaksimalkan oleh pemerintah. Tidak hanya untuk memberikan pelayanan informasi yang efektif dan efisien kepada rakyat, tetapi juga sekaligus menjaga dan mempertegas wilayah kedaulatan. Kasus penangkapan petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan beberapa tahun lalu oleh tentara Diraja Malaysia karena dianggap telah memasuki wilayah laut Malaysia tanpa izin, bukan tidak mungkin permasalahan utamanya ada pada teknologi informasi yang menentukan baik buruknya sinyal radar di wilayah kelautan kita.

Ada statemen yang cukup menyedihkan dari seorang kepala desa di perbatasan, Bengkayang – Malaysia. “semua sudah datang ke sini, wilayah kami ini sudah didatangi oleh Bupati, Gubernur, Menteri-menteri, Pejabat Pertahanan dan Keamanan dari Jakarta, bahkan Presiden pun sudah datang berkunjung, tetapi kami tetap seperti ini. Tetap terpencil dan terisolir. Untuk mencapai jarak 20 KM harus ditempuh dengan 1 hari jalan kaki, karena tidak ada akses jalan untuk kendaraan. Menggunakan jalur sungai bisa lebih lama, karena terkadang air sungai sedikit, harus angkat perahu sampai di air sungai yang cukup dalam. Jaringan radio kami lebih jernih siaran radio dari Malaysia, juga televisi. Untuk telepon disini tidak ada sinyal Indonesia, yang kuat dari Malaysia”.

Lemahnya pengamanan teknologi informasi, sehingga kita bisa disadap dan tidak menyadarinya, serta lemahnya komitmen pemerintah terhadap wilayah perbatasan yang berdampak pada rongrongan kedaulatan oleh Negara tetangga, dapat sedikit menggambarkan tentang anomaly negeri ini, merdeka tetapi belum berdaulat. Sampai kapan hal ini akan terus berlanjut? Hari pahlawan 10 November 2013 semoga dapat menginspirasi siapapun terutama Jajaran Pemerintah terkait, yang memiliki akses dan sumberdaya untuk membangun dapat lebih mendorong prioritas menjaga kedaulatan negeri ini dari rongrongan asing. Sehingga kita dapat merasakan kemerdekaan yang berdaulat atas negeri ini.

Penulis : Munandar Nugraha
Sumber : NU Online
Atribut Salaf

Ada apa dengan sebutan 'Salafi'? Sebesar apa pengaruh dan manfaatnya? Apakah ‘salaf’ tidak lebih dari sekedar alat justifikasi yang menjamin imunitas dari kritik dan tuduhan ‘sempalan’? Apakah ‘salaf’ itu seperti ‘merek dagang’ sehingga ia harus diperlakukan sebagai copyright lembaga atau kelompok tertentu? Ataukah ‘salaf’ dapat dianggap sebagai ‘nama barang’ sehingga setiap orang yang merasa melestarikan tradisi orang-orang terdahulu berhak untuk menyandangnya? Perlukah ada semacam lembaga ‘penertiban nama aliran’ di tengah umat Islam yang memiliki hak mutlak untuk memberikan dan mencabut atribut keagamaan agar tidak terjadi kesimpangsiuran, sengketa dan perang atribut yang sia-sia? Lebih jauh lagi, Apakah atribut ‘salaf’ dan semacamnya itu bermakna, tidak ambigu dan tidak berbau truth claim (hegemoni teologis)? Apa batasan ilmiah ‘salaf’ dan definisi logis ‘saleh’? Bukankah ruang untuk berbeda pendapat dan penafsiran untuk setiap atribut itu selalu terbuka? 

Sebagaimana atribut Ahlussunnah yang sempat diperebutkan oleh kalangan Nahdliyyin dan para penganut Wahabisme (seperti Laskar Jihad Ahlussunnah-nya Jakfar Talib), ternyata merek ‘salaf’ juga menjadi sengketa.

Salaf adalah kata Arab yang berarti ‘berlalu’ sebagai lawan dari ‘khalaf’ yang berarti ‘menyusul’. Salafi adalah predikat bagi orang-orang Muslim yang memiliki jargon ‘mengikuti para salaf’ (terdahulu), seperti para ulama dan terutama para pendiri mazhab.

Sebutan ini lebih sering digunakan sebagai upaya menghindari penyebutan 'wahabisme' yang cenderung sinis Kata 'salafi' tidak lain adalah kemasan lain dari teologi Wahabi yang didirikan Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb dari keluarga klan Tamîm. Ia lahir di desa Huraimilah, Najd, yang kini bagian dari Saudi Arabia, tahun 1111 H [1700 M] Masehi dan meninggal di Dar’iyyah. tahun 1206 H [1792 M.]. Ia sangat terpengaruh oleh tulisan-tulisan seorang ulama besar bermazhab Hanbali bernama Ibnu Taimiyah yang hidup di abad ke 14 M.. Untuk menimba ilmu, ia juga mengembara dan belajar di Makkah, Madinah, Baghdad dan Bashra [Irak], Damaskus {Siria], Iran, Afghanistan dan India. Di Baghdad ia kawin dengan seorang wanita kaya. Lalu berpindah ke Basra dan mengajar selama 4 tahun di sana. 

Ketika pulang ke kampung halamannya, ia menulis buku yang kemudian menjadi rujukan kaum pengikutnya, Kitâbut’Tauhîd . Para pengikutnya menamakan diri kaum Al-Muwahhidûn atau as-Salafiyun.

Ia kemudian pindah ke ‘Uyaynah. Saat sering memberikan khotbah Jumat di ‘Uyaynah, ia terang-terangan mengafirkan semua kaum Muslimin yang dianggapnya melakukan bid’ah [inovasi], dan mengajak kaum Muslimin agar kembali menjalankan agama seperti di zaman Nabi.

Di kota ini ia mulai menggagas dan meletakkan teologi ultra-puritannya. Ia mengutuk berbagai tradisi dan akidah kaum Muslimin, menolak berbagai tafsir Al-Qur’ân yang dianggapnya mengandung bid’ah atau inovasi. 

Mula-mula ia menyerang mazhab Syiah, lalu kaum sufi, kemudian ia mulai menyerang kaum Sunni. Tatkala masyarakat mulai merasa seperti duduk di atas bara, ia diusir penguasa [amîr] setempat pada tahun 1774.Ia lalu pindah ke Al-Dar’iyyah, sebuah oase ibu kota keamiran Muhammad bin Sa’ûd, masih di Najd Tahun 1744 Muhammad bin Su’ûd, amir setempat dan Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb saling membaiat untuk mendirikan negara teokratik dan mazhabnya dinyatakan mazhab resmi Ibnu Su’ûd sebagai amîr dan Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb jadi Qhadi (jaksa agung). Ibnu Su’ûd mengawini salah seorang putri Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb.

Sejak saat itu, terjadilah merger ambisi politik Saud dan teologi kaku Muhammad bin Abdul Wahhab di bawah restu Inggris. Klan Saud yang bercita-cita menyatukan klan-klan badui di Jazirah Arabia di bawah kepemimpinannya seraya mengajak mereka melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Otoman (Khilafah Utsmaniyah). Muhammad bin Abdul Wahab bercita-cita mengganti dominasi Sunni di dunia Islam dengan pandangannya karena menganggap teologi Sunni tercemari oleh bida’ah-bid’ah kaum Sufi dan Syiah.

Kemenangan suku badui dari klan Saud sangat bergantung pada dukungan Kolonialisme Inggris. Berkat gucuran dana, suplay senjata dan pendidikan keterampilan, kekuasaan Ibnu Su’ûd menyebar ke seluruh Jazirah Arab yang masa itu berada dalam kekhalifahan ‘Utsmaniyah dengan tujuan melemahkan khilafah itu. Orang bisa membacanya dalam buku Hamsfer, ‘Confession of a British Spy’. Tahun 1800 seluruh Jazirah Arab telah dikuasai dan keamiran berubah menjadi kerajaan Saudi Arabia

Penaklukan-penaklukan pun dilakukan, terhadap para kabilah dan kelompok yang menolak mazhab mereka, termasuk Makkah dan Madinah dan akhirnya bentuk pemerintahannya berubah dari emirat menjadi kerajaan Saudi Arabia sejak tahun 1932 sampai sekarang.

Tidak sampai disitu. Usai merebut kekuasaan kaum Asyraf (yang notabene Sunni asli, bukan wahabi), pada bulan April tahun 1801, mereka membantai kaum Syî’ah di Karbalâ'. 

Kabilah-kabilah yang tidak mau mengikuti mazhab mereka dianggap kafir ‘yang halal darahnya’. Dengan demikian mereka tidak dinamakan perampok dan kriminal lagi, tapi kaum ‘mujâhid’ yang secara teologis dibenarkan membunuh kaum ‘kafir’ termasuk wanita dan anak-anak, merampok harta dan memperkosa istri dan putri-putri mereka yang dianggap sah sebagai ghanîmah. Hanya sedikit yang dapat melarikan diri.

Setelah lebih dari 100 tahun kemudian, kekejaman itu masih juga dilakukan. Tatkala mereka memasuki kota Thâ’if tahun 1924, mereka menjarahinya selama tiga hari. Para Qhadi dan ulama diseret dari rumah-rumah mereka, kemudian dibantai beserta ratusan lainnya yang dibunuh. [‘Utsmân bin Bisyr, Unwân al-Majd fî Târîkh Najd , akkah, 1349, jilid 1, hlm 121-122).

Kerajaan Saudi yang berdiri diatas teologi Wahabisme dan dilindungi secara politik oleh Barat, terutama Inggris, yang saat itu merupakan Negara adidaya (kini dilindungi penuh oleh Amerika dan sekutunya) makin berhasil mengukuhkan diri sebagai ikon Islam, karena di dalamnya terdapat Mekkah dan Madinah. Dengan segala cara para pendeta wahabisme mengajarkan dan menjejalkan doktrin takfir (pengkafiran terhadap sesama Muslim yang tidak sepaham dengan wahabisme) di seluruh penjuru dunia.

Di Tanah Air, berkat limpahan minyak dan devisa haji dan umrah yang berlimpah dan memanfaatkan terpuruknya ekonomi dalam negari akibat ulah para koruptor, kerajaan ini memberikan bantuan-bantuan berupa masjid dan sarana pendidikan agama serta pemberian beasiswa dalam jumlah sangat besar kepada pesantren-pesantren dan perguruan tinggi Islam. 

Salafisme atau wahabisme telah melakukan perubahan dalam pola dan gaya sesuai dengan tuntutan strategis. Wahabisme kini bahkan tidak melulu identik dengan pandangan teologis yang kaku dan intoleran, tapi menjadi sebuah gerakan transnasional yang pada dasarnya menolak segala jenis sistem Negara yang berdiri diatas konsensus dan kontrak social karena dianggap mengabaikan perintah menegakkan hokum Allah, seperti Al-Qaedah dan Talibanisme dan JI. Demi tuntutan strategis, dibagilah divisi-divisi dengan modus operandi dan gaya perjuangan yang dikesankan tidak saling berkaitan. Bahkan untuk memaksimalkan marketing, mereka cepat-cepat mendirikan sebuah institusi politik yang terkesan berwawasan domestik nasionalis serta memutasi dirinya sebagai partai yang santun dan bersih. Alhasil, kekhawatiran petinggi NU dan bahkan mungkin Muhammadiyah terhadap eskalasi kekerasan yang diyakini bersumber dari doktrin kaku Wahabisme, memang tidak berlebihan.

Penulis : Muhsin Labib
Sumber : Islam-Indonesia
Amalan Bulan Muharram ('Asyuro)

Pertanyaan :

Assalamuala’ikum. Wr Wb.
Apa saja keutamaan bulan Muharom? Amalan apa saja yang dianjurkan di bulan Muharrom ?

Jawab :

Wa’alaikumsalam. Wr Wb.
Bulan Muharrom adalah salah satu dari empat bulan mulia yang disebutkan dalam Al-Quran. Amalan yang di anjurkan adalah semua amalan yang di anjurkan di bulan lain sangat di anjurkan di bulan ini, hanya saja ada amalan yang sangat dianjurkan secara khusus di bulan ini yaitu :

1. Puasa tanggal 10 yang disebut dengan puasa ‘assuro, seperti yang telah disebutkan dalam hadits yang artinya :
“ Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Ibnu Syihab dari Humaid bin Abdurahman bahwa dia mendengar Mu'awiyah bin Abu Sufyan radiyallahhu anhuma pada hari asyura ketika tahun penyelenggaraan haji atas mimbar berkata : "Wahai penduduk Madinah, mana para 'Ulama kalian? Aku pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda : "Ini (10 Muharrom) adalah hari 'Asyuro dan Allah belum mewajibkan puasa atas kalian dan sekarang aku sedang berpuasa, maka siapa yang mau silahkan berpuasa dan siapa yang tidak mau silahkan berbuka (tidak berpuasa) “ (Bukhori :1899 dan Muslim : 2653)
Dengan pahala akan diampuni dosa tahun yang lalu :
“ Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu “. (Muslim : 2746).

2. Sangat dianjurkan untuk ditambah agar bisa berpuasa di hari yang ke-Sembilan, seperti yang telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang artinya ;
“Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan Insya Allah kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.” ( Muslim : 1134/2666)
3. Lebih bagus lagi jika ditambah hari yang ke-Sebelas seperti disebutkan dalan sebuah riwayat dari sahabat Abdullah ibn Abbas :
“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyuro` dan berbedalah dengan orang Yahudi, (yaitu) berpuasalah kalian sehari sebelumnya atau sehari setelahnya” (Ibnu Khuzaimah: 2095).
4. Lebih dari itu berpuasa disepanjang bulan Muharom adalah sebaik baik puasa seperti disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits yang disebutkan Imam Muslim :
”Sebaik baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharom” (Muslim No: 2755).
Wallohu a’lam bishshowab

Sumber TIM Dakwah Al-Bahjah