Assalamu'alaikum wr. wb.

Rekan-rekan anggota IPNU bagaimana kabarnya nih? tak terasa Ramadhan 1434 H telah meninggalkan kita. Semoga kita semua tahun depan masih diberi kesempatan Allah swt. untuk bermesraan lagi dengan Ramdhan ya. Aamiin.

Teks Bacaan Takbir Hari raya IPNU Trenggalek

Pada postingan kali ini Pimpinan Cabang IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA (IPNU) kab. Trenggalek mengucapkan
"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H". Semoga Allah SWT menerima segala amal baik kita dan mengampuni segala dosa dan khilaf kita sehingga kita benar-benar menjadi manusia yang fitri.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa malam ini merupakan malam yang penuh berkah dan di sunnahkan untuk membaca takbir sebanyak-banyaknya. berikut admin postingkan teks bacaan takbir hari raya.

  • UNTUK DIBACA MALAM HARI
1.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا وَّالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَّسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً. لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْـبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، مُخْـلِصِـيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِـرُوْنَ، وَلَوْكَـرِهَ الْمُشْـرِكُوْنَ، وَلَوْكَـرِهَ الْمُنَافِـقُـوْنَ. لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُُ وَحْـدَهُ، صَـدَقَ وَعْـدَهُ، وَنَصَـرَ عَـبْدَهُ، وَأَعَـزَّ جُـنْدَهُ وَهَـزَمَ اْلأَحْـزَابَ وَحْـدَهُ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
2.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا سُبْحَانَ الَّذِى أَمَرَنَا بِصِلـَةِ اْلأَرْحَامِ، وَنَهَانَا عَنِ الْقَطِيْعَةِ وَالْخِصَامِ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
3.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا سُبْحَانَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَـيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلىَ الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
4.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا سُبْحَانَ الَّذِى رَفَعَ السَّمَاوَاتِ وَوَضَعَ الأرْضَ وَلا مَلْجَأ وَلا مَنْجَى مِنْهُ إلا إليْهِ،  لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
5.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا سُبْحَانَ الَّذِى رَفَعَ دَرَجَةَ مَنِْ انْتَصَبَ لِخِْذمَتِهِ، وَامْتِثالِ أَوَامِرِهِ، وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ،  لآ إِلهَ إِلاَّ الله وَاللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ وِللهِ الحَمْدُ.
6.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا اَللَّهُـمَّ صَلِّ عَلَى نُـوْرِ اْلأَنْـوَارِ، وَسِـرِّ اْلأَسْـرَارِ، وَتِرْيَاقِ اْلأَغْـيَارِ، وَمِفْـتَاحِ بَابِ الْـيَسَارِ سَـيِّدِنَا مُحَمَّدِ نِالْمُخْتَارِ، وَآلِهِ اْلأَطْهَارِ، وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
7.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا اَللَّهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رُّوْحِ الـَّرحْمَةِ، وَعَلَى آلِهِ مَصَابِيْحِ الدِّلاَلَةِ، وَأَصْحَابِهِ أَنـْجُمِ الْـِهدَايَةِ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
8.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا اَللَّهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مَّـنْبَعِ الْعُـلـُوْمِ وَالْحِـكَمِ، وَإمَامِ الـَّطيِّبَةِ وَالْحَرَام، وَإِمَامِ كُـلِّ إِمَامِ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
9.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا اَللَّهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  وَّعَلَى آلِ سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ،  لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
10.  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا اَللَّهُـمَّ اغْـفِـرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِـنِـيْنَ وَالْمُـؤْمِنَاتِ، اْلأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْـوَاتِ، إِنَّـكَ فَـتَّـاحٌ قَـرِيْبٌ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
11.  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ، وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَأَتَى الـَّزكَاةَ وَلَـمْ يَخْـشَ إِلاََّ اللهَ، فَـعَـسَى أُوْلَــئِكَ أَنْ يَكُوْنُوْا مِنَ المُهْــتَدِيْنَ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
12.  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَـِبيْرًا رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَـنَةً وَّفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِـنَا عَذَابَ النَّارِ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
  • UNTUK DIBACA PAGI HARI
1.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ صَـلُّـوْا سُـنَّةً لِّـعِيْدِ الْفِـطْرِ \ اْلأَضْحَى رَكْعَـتَيْنِ جَامِعَةً رَّحِـمَكُمُ اللهُ،  وَكَـبِّرُوْا فِى الرَّكْعَةِ الأُوْلىَ سَـبْعًا سِـوَى تَكْـبِـيْرَةِ اْلإِحْرَامِ ، وَقُوْلُـوْا مَا بَيْنَ تَكْـبِـيْرَتَيْنِ  سُــبْحَانَ اللهِ وَالْحَـمْدُ ِللهِ  وَلآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْـبَرُ، لاَ حَـوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَـلِيِّ الْعَـظِيْمِ،  لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
2.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ وَكَـبِّرُوْا فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ خَـمْسًا سِـوَى تَكْـِبيْرَةِ الْقِـيَامِ، وَقُـوْلُـوْا مَا بَيْنَ تَكْـِبيْرَتَيْنِ سُــبْحَانَ اللهِ وَالْحَـمْدُ ِللهِ  وَلآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْـبَرُ ، لاَ حَـوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَـلِيِّ الْعَـظِيْمِ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
3.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ لَـيْسَ الْعِـيْدُ لِمَـنْ لَـبِـسَ الْجَـدِيْدَ، وَلَـكِنْ الْعِـيْدُ لِـمَنْ طَاعَـُتهُ تَـزِيْدُ،  لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.
4.      اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ إعْـلَـمُوْا أَنَّ يَـوْمَكُمْ هَـذَا يَـوْمٌ عِـَظامٌ يَـوْمَ أحَـلَّ اللهُ لَـكُمْ فِـيْهِ الـَّطعَامَ وَحَـرَّمَ عَلَـيْكُمْ فِـيْهِ الصِّـيَامَ،  لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَـمْدُ.

Demikian teks/bacaan takbir Hari raya yang bisa Admin tulis. Jika ada kesalahan penulisan mohon koreksinya. terima kasih semoga menambah wawasan kita bersama.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Sumber: Kasi Pendidikan Ponpes Hidayatut Thullab (Pondok Tengah) Kamulan Durenan Trenggalek.


Ngainun Naim
IPNU Trenggalek - Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya. Spirit utama yang ingin saya angkat dalam tulisan ini sama seperti tulisan sebelumnya, yaitu bagaimana disiplin bisa menjadi budaya. Memang dibutuhkan usaha yang keras dan terus-menerus agar disiplin menjadi budaya dalam masyarakat kita.

Salah satu yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk membangun budaya disiplin adalah melalui puasa di bulan ramadhan. Puasa ramadhan itu perintah Allah kepada umat Islam. Saat puasa, umat Islam dilarang makan, minum, dan melakukan hubungan seks karena dapat membatalkan puasanya. Perjuangan selama sebulan menjalankan ibadah puasa memberikan banyak manfaat kepada umat Islam.

Berkaitan dengan judul tulisan ini, saya akan coba sesuai kemampuan saya untuk menggali nilai-nilai yang dapat dijadikan untuk membangun tradisi disiplin. Kalau hasilnya tidak sesuai pendapat Anda, saya mohon koreksinya. Tetapi jika Anda sepakat, mari kita perkuat dan sosialisasikan demi kebaikan bersama. Penggalian nilai-nilai ini penting sebagai basis untuk membangun langkah-langkah strategis bagi pembudayaan disiplin.

Pertama, mengelola diri. Kemampuan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan itu membutuhkan kemampuan mengelola diri yang baik. Kita bisa saja membatalkan puasa saat tidak ada orang yang tahu. Tetapi saat kita mampu mengelola diri, hal semacam itu tentu tidak kita lakukan. Kita akan tetap bertahan sekuat tenaga agar segala godaan yang dapat membatalkan puasa dapat ditepis. Hal yang sama juga terjadi pada disiplin. Disiplin itu juga membutuhkan kemampuan mengelola diri. Jika kita mampu mengelola diri saat puasa, seharusnya kemampuan ini kita tindaklanjuti dan terjemahkan dalam perilaku hidup sehari-hari.

Kedua, puasa yang berkualitas jika dilandasi oleh kesadaran yang tinggi. Kesadaran itu penting artinya untuk menentukan kualitas sebuah aktivitas. Puasa itu membutuhkan pengetahuan yang memadai agar ibadahnya memenuhi syarat rukun sehingga sah menurut hukum Islam. Tetapi pengetahuan saja belum cukup. Banyak orang yang tahu tetapi tidak menjalankan. Banyak orang yang mengerti tetapi justru tidak menjalankan atau malah melanggar. Karena itu, pengetahuan haruslah dilandasi kesadaran untuk menjalankan. Landasan kesadaran itu penting karena dapat menentukan kualitas pelaksanaan dan penghayatan. Demikian juga dengan disiplin. Banyak orang yang mengetahui dengan baik bahwa disiplin itu penting artinya, tetapi karena tidak dilandasi oleh kesadaran maka disiplin itu pun tidak diwujudkan dalam perilaku. Bahkan tidak jarang—atau justru merasa bangga—saat melanggarnya. Kesadaran akan menjadi landasan yang makin memperkokoh arti dan makna disiplin dalam tataran pelaksanaannya.

Ketiga, pelaksanaan puasa adalah bukti nyata bagaimana menjalankan disiplin yang sesungguhnya. Puasa itu memiliki ketentuan waktu yang sangat jelas; kapan mulai dan kapan di akhiri. Semua orang yang berpuasa menaati aturan ini dengan begitu disiplin. Kurang satu menit pun orang tidak berani berbuka karena memang belum waktunya. Nah, ini jelas pembelajaran yang sangat berarti. Semestinya kedisiplinan ibadah puasa itu tidak berhenti hanya sebatas ibadah puasa saja. Idealnya harus ditindaklanjuti dalam berbagai aspek kehidupan. Puasa sebulan itu merupakan sarana pembelajaran yang sangat berarti untuk menjadi kebiasaan lain yang penuh disiplin.

Keempat, puasa itu memberikan pengharapan kepada yang menjalankannya. Pengharapan itu ada dua, yaitu pengharapan datangnya waktu berbuka dan pengharapan pada kehidupan kelak di akherat. Hal ini bermakna bahwa ibadah puasa itu memiliki nilai eskatologis yang sangat positif bagi manusia agar kehidupan yang dijalani ini memiliki vitalitas dan spirit yang lebih besar. Disiplin sesungguhnya juga memiliki pengharapan. Orang yang sukses adalah orang yang memiliki budaya disiplin yang tinggi. Negara yang maju juga negara yang memiliki budaya disiplin tinggi. Karena itulah, disiplin yang dilaksanakan secara konsekuen juga memiliki titik pengharapan yang tinggi juga.


Empat aspek tersebut hanyalah sebagian dari nilai-nilai yang dapat diaktualisasikan dalam kerangka membangun budaya disiplin. Memang bukan hal mudah untuk melakukannya, tetapi jika kita terus menyadari dan menyosialisasikannya secara luas, saya kira bukan mustahil disiplin akan menjadi budaya. Pada titik inilah, disiplin telah menjadi identitas. Hal ini senada dengan apa yang pernah disinyalir oleh Aristoletes bahwa KITA ADALAH APA YANG KITA LAKUKAN BERULANG-ULANG. Jika kita berulang-ulang telah melakukan disiplin, saya kira itulah jati diri kita. Semoga.

Penulis : Ngainun Naim (Pengajar STAIN Tulungagung Jawa Timur. Bisa dikunjungi di http://ngainun-naim.blogspot.com)
Sumber : Blog Ngainun Naim